pergilah..
di gunung aku akan tetap mengingatmu
meski mungkin tidak ada lagi
edelweiss dan bunga belerang
untuk dibawa pulang
(lagian, kau tidak pernah tertarik kan?)
(karena kembaliku utuh telah cukup bagimu :))
selamat menanti hidup baru.
bahagialah..
~ by ahmad nadhif on July 21, 2008.
Posted in diary
Usman on mengadili demokrasi vs kh… | |
usmansyarif on cahaya bintang gemintang | |
wong konsel on Menimbang Pendidikan Karakter… | |
Jangan Bunuh Diri ka… on kepada hati yang diremukk… | |
faes on kepada hati yang diremukk… | |
hans on sehari di ranu pani | |
Gershon on celaka ulang tahun, PBB! | |
alung on cahaya bintang gemintang | |
yahya juwandika on bukan putus cinta biasa | |
Bob Syahrial Ghozali on cahaya bintang gemintang | |
irfan on mengadili demokrasi vs kh… | |
Imam on mengadili demokrasi vs kh… | |
suharni arni on genggam tangan | |
islamwiki` on mengadili demokrasi vs kh… | |
Jose on gambar-gambar bicaralah |
kita kan merelakannya mendaki
sambil menanti kita dan datangnya purnama
kemudian dia berbagi kabut dan embun
menjadi bekal kita di perjalanan
menatap kita dengan bahagia
seperti sekarang kita padanya
selamanya,
bahagialah…
>> saya terima barternya. sah! š
Matsu said this on July 22, 2008 at 11:34 am |
Ciee…gitu ya kalo orang lagi “latihan”? Hi3
>> silahkan ngeledekin sepuasnya, sebelum anda diledek orang. š
Ayuning Mazasupa said this on July 26, 2008 at 9:10 pm |
habis mendaki to pak?
>> iya, daf. tp udah lama.. š
dafhy said this on July 30, 2008 at 10:56 am |